Dominikus Surabut (Ist) |
Jayapura – Salah satu pengagas Kongres Papua III yang
melahirkan Negara Federal Papua Barat pada 19 Oktober 2011, Dominikus
Surabut mengatakan tidak ada yang berkomentar atas nama NRFPB
menentang demonstrasi KNPB pada 15 Juni 2016. Komentar harus
berwibawa dan mendukung arah perjuangan Papua Merdeka yang sedang
berlangsung.
“Elias Ayakeding itu bicara atas nama siapa? NRFPB sudah melahirkan
ULMWP bersama PNWP dan WPNCL jadi tidak usah tarik agenda perjuangan
mundur lagi. NRFB sudah secara aktif mendukung ULMWP jadi ikuti
proses,”tegas pria yang bertindak juru kunci dalam segala pengambilan
keputusan dalam Kongres Papua III ini kepada jurnalis Jubi di Jayapura,
Minggu (12/06/2016).
Kata dia, pernyataan Ayakending yang membatasi rencana demonstrasi
KNPB pada 15 Juni sangat mencurigakan. Pernyataan itu datang dari diri
sendiri atau suara bekingan yang disampaikan. Suara sponsor yang
disampaikan dalam rangka meletuskan konflik horizontal, mengacaukan
opini politik yang sedang terarah di Pasifik dan Internasional .
“Kita patut pertanyakan. Jangan sampai itu pesan sponsor yang dia
sampaikan,” tegas pria yang pernah divonis tiga tahun penjara dengan
tuduhan Makar dalam peristiwa Kongres Papua III pada 19 Oktober 2011 ini
Kata Surabut, semua pihak, para aktivis tidak perlu resah dengan
pernyataan itu. Pernyataan itu tidak bisa menjadi pernyataan NRFPB
melainkan pernyataan pribadi. Karena, NRFPB tidak melangkah mundur
tetapi melangkah maju bersama agenda ULMWP.
“Pernyataan itu opini pribadi. Rakyat Papua tenang mendorong agenda
perjuangan dengan mengedepankan rasio dan berjuang dengan cara-cara yang
dewasa dan bermartabat,” tegasnya.
Agust Kossay, Ketua I Komite Nasional Papua Barat mengatakan demonstrasi KNPB bukan untuk mengganggu sesama umat beragama..
“Demo ini tidak mengganggu puasa. Kami menghargai mereka karena orang
Papua yang hendak berdemo ini juga bagian dari Muslim. Mereka yang ada
di Fakfak sana muslim, kami saling menghargai,” tegasnya.
Kata dia, karena saling menghargai itulah, gerakan perlawanan ini
secara bersama dengan mengedepankan nilai-nilai ajaran agama. Perlawanan
damai yang menjadi senjata perlawanan ini bagian dari nilai agama itu.
“Kalau kami tidak menghargai, pasti perlawanan kami keras tetapi
karena menjunjung nilai saling menghormati, terutama nilai-nilai
kemanusiaan yang menjadi pokok ajaran agama itulah perjuangan kami dari
dulu hingga saat ini damai,” tegasnya. (*)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Sumber : www.tabloidjubi.com
Tidak ada komentar :
Berikan Tanggapan Andan Disini: